28.2.11

Karosel.






Kau tahu, karosel, mmm komidi putar in Bahasa,
di pasar malam yang ada di sini, tidak secantik ini.
(itu pun kalau menurutmu karosel ini cantik!)
Namun, bagi yang menikmati, sesederhana apa pun,
akan terasa sangat..



1996.

Sabtu malam.

Karena esok Minggu, yang artinya hari libur sekolah, biasanya aku dan teman-teman ramai berkumpul. Kadang kami bersepeda malam hari mengitari komplek, berlari-lari dalam permainan tak jongkok, bersembunyi di gang-gang gelap lalu ada yang berteriak mencari, bermonopoli, atau sekadar bercengkerama ketika televisi sedang menyala.

Sabtu malam.

Kali ini jalanan sepi. Mmm.. Mungkin orang-orang sedang pergi?

Aku dan ayah berjalan menelusuri lapangan bola yang kini menjelma pasar malam sambil menikmati gula-gula kapas. Ayah baik sekali karena memperbolehkanku makan gula-gula kapas. Kalau ibu tahu, ibu pasti langsung marah dan bilang, "Jangan jajan itu! Nanti kamu batuuukk!". Hihihi, tapi ibu tidak ikut jalan-jalan bersama aku dan ayah, jadi aku tidak dimarahi! Ah, senang sekali!

Di pasar malam ini, banyak sekali arena permainan. Sepertinya menyenangkan. Ada Rumah Hantu, Bianglala, Roda-roda Gila, dan..

"Ayah! Aku mau naik itu! Kuda-kudaan!"
"Boleh, Syan. Tapi ayah tidak bisa ikut naik."
"Ah, kenapa? Ayo, ayah naik juga!"
"Karena ayah.."

Aku tersenyum kecil ketika ayah menggembungkan pipinya lalu berlagak seperti atlet sumo. "Hihihi.. Ayah gendut!"

Akhirnya aku naik dan duduk di atas pelana kuda tanpa ditemani ayah. Dengan sedikit takut aku pegangi tiang yang "menancap" di tubuh kuda itu. Kuda warna-warni. Lampu warna-warni. Warna-warna solid yang sedikit norak.

Komidi bergerak perlahan. Aku melihat ayah di pinggir arena. Aku lambaikan tangan. Aku tersenyum cengengesan. Komidi berputar. Berputar dan berputar..

"Ayah, akulah si koboi ciliiiiiikk!!"


2002.

Senja mulai menyelimuti langit. Hari segera berganti menjadi malam. Sudah sedari pagi kami menghibur diri di Dunia Fantasi.

"Syan, ayo pulang!"
"Iya, iya. Ntar dulu.."
"Ayo cepetan! Ngapain sih ngeliatin komidi puter itu? Jangan bilang mau naik itu? Ih, kayak anak kecil aja deh!"

Tergesa aku menyusul temanku yang berjalan lebih dulu. Sambil tetap menoleh ke belakang, menatap karosel cantik itu. Menyala.


2011.



Kupandangi benda itu.
Kuputar tuas yang ada di sisi benda itu.
Musik mengalun. Kuda-kuda berputar.
Karosel, aku rindu komidi putar.






Sja. 28211.

1 comment:

  1. karosel seperti punya makna ajaib buat orang gede yang sudah tidak bisa menaikinya lagi, tapi tetap saja punya daya tarik yang sama pada setiap orang yang melihatnya.

    cerita ini bagus :D

    ReplyDelete