11.2.10

Hikayat Makhluk Bodoh binti Ceroboh.

Alkisah pada suatu hari yang cerah Makhluk Bodoh binti Ceroboh membeli pulsa di temannya, ya sebut saja namanya oknum Idaho si Gadis Penjual Pulsa. Dia pesan itu pulsa waktu di kelas Sintaksis. Namun, sudah hampir 2 jam berlalu pulsa yang dimintanya tidak kunjung datang. Akhirnya di akhir kuliah Sastra Melayu Tionghoa atau sebut saja Melati, Makhluk Bodoh binti Ceroboh meminjam HP temannya, Wati Sipiti Al-Kilikili untuk mengirim pesan singkat ke Gadis Penjual Pulsa. Makhluk Bodoh binti Ceroboh ingin menanyakan kabar pulsa yang ia nanti-nantikan. Setelah mengetik pesan itu, Makhluk Bodoh binti Ceroboh menaruh HP itu di atas meja karena dia harus melakukan adegan selanjutnya, mengikat tali sepatu.

Oke. Sampai sejauh ini oke-oke saja.

Sehabis berlala-lili di kelas Melati, Makhluk Bodoh binti Ceroboh keluar dari kelas lalu menju toilet yang letaknya hanya beberapa meter dari kelas Melati. Sesampainya di toilet, dia langsung dihadapkan pada sebuah cermin besar. Saking besarnya, cermin itu pun merefleksikan dengan jelas betapa berantakan sosok di hadapannya. Si Makhluk Bodoh binti Ceroboh pun sadar lalu bergegas merapikan rambutnya. Setelah merasa keberantakannya berkurang walaupun sedikit, ia keluar dari toilet dengan santai.

Oke. Sampai di sini pun masih oke-oke saja.

Makhluk Bodoh binti Ceroboh pun turun menuju lantai 1. Karena ada acara Festival Buku, Makhluk Bodoh binti Ceroboh dan kawan-kawannya pun melihat-lihat dulu. Setelah beberapa lama melihat-lihat, sampailah Makhluk Bodoh binti ceroboh di depan booth koran Kompas. Dia pun berbincang-bincang dengan penjaga booth tersebut.

Singkat cerita, Wati Sipiti Alkilikili yang merasa HP-nya masih berada di tangan Makhluk Bodoh binti Ceroboh pun bertanya, "Eh, Makhluk! HP-ku masih sama Makhluk, kan?"

Tiba-tiba, kebingungan melanda Makhluk Bodoh binti Ceroboh. "Hah? Emang iya? Bukannya tadi udah dikasih lagi, ya?"

Muka Wati Sipiti Alkilikili berubah seketika.

Kini, bukan hanya kebingungan yang menerkam Makhluk Bodoh binti Ceroboh tetapi juga kepanikan, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, dan ke-an ke-an yang lain. Semua bergejolak, bercampur menjadi satu.

Dengan campuran ramuan perasaan yang entah apa namanya itu, Makhluk Bodoh binti Ceroboh pun segera berlari menuju tempat yang diduga sebagai TKP. Di 9310, ruang yang tadi dipakai untuk kelas Melati kini sudah diisi oleh beberapa mahasiswa.

Dengan terbata-bata ia berkata, "Maaf, tadi liat HP yang ketinggalan, nggak?"

Mereka pun menjawab dengan jawaban yang sangat tidak ia harapkan.

"Mau coba misscall-in?" tawar seseorang yang berbaik hati itu.

"Oh, iya deh..."

Tuuut...
Tuuut...
Tuuut...
Tuuut...

Tidak ada bunyi-bunyian. Tidak ada getar-getaran. Tidak ada jawaban.

"Coba tanya sama mas-mas yang jaga, deh..." saran seseorang yang tidak saya ketahui wajahnya seperti apa.

"Oh, yaudah deeeeeehh... Makasih, yaaaa..."

Makhluk Bodoh binti Ceroboh pun semakin memelas.

Begitu keluar dari ruang itu, tiba-tiba ada sesuatu yang terbersit di kepala Makhluk Bodoh binti Ceroboh.

Toilet.

Sigra ia menuju toilet. Dan...

Jengjengjengjeng...

Seonggok benda berwarna hitam tergeletak dalam kesendirian.


No comments:

Post a Comment