24.8.10

Rasanya seperti..

Ini rasanya seperti..

Menangisi mainan temanmu.

Kau, sepenuhnya sadar itu bukan milikmu. Namun, kau tetap menangisinya, terus menangisinya. Untuk apa? Iri? Barangkali. Cemburu? Tak pernah mau mengaku.

---

Kau, pernah berusaha meraih. Karena (mungkin), ia akan memberikan mainan itu. Ia tak pernah bicara apa-apa tentang mainan itu.

Ya.
Dan sekarang, kau hanya duduk tercengang kadang dengan sedikit cengeng.
Dan sekarang, kau hanya duduk termangu dengan pandangan memaku.

---

Ini rasanya seperti..

Kau, berusaha menancapkan paku pada sebuah kayu.

Namun, ternyata, entah mengapa, paku itu justru patah. Menjadi dua. Ya, menjadi dua. Kau kini hanya kebingungan. Bagaimana menyambung dua patahan paku. Sedang kau tak punya paku lain. Pasrah? Barangkali.

Mungkin kau akan berlari. Ke sana. Ke mari. mencari paku lagi. Namun, tak mudah. Karena tetanggamu bukan tukang kayu.

---

Ini rasanya seperti..

Menatap langit malam hari.

Sejuk. Sepi. Sunyi. Senyap.
Kau kedinginan hingga sesak. Kau berusaha menahan itu.

Langit pucat. Kau tatap penuh harap. Sesuatu melintas di hadapanmu. Entah apa itu.

---

Kau pun tak tahu rasa apa yang kaurasakan. Mengapa kau merasakan. Bahkan, menerjemahkan rasa, kau pun tak mampu.

---

Kau merasa tak berhak untuk itu. Tak berhak. Namun, Kau tak bisa menipu dirimu dengan mengatakan: Tidak, saya tidak begitu. Saya.. mmm.. biasa saja. Ya, biasa saja. Sekali lagi saya tekankan, saya biasa saja.

Kau menyalahkan dirimu. Jangan seperti itu.

Kau menyakiti dirimu.

Pasrah. Harap. Pasrah. Harap. Pasrah..




No comments:

Post a Comment