28.10.16

Menguning



Harap menunggu di belakang garis batas aman.

---

Garis kuning. Garis. Batas. Aman.

Kenapa kuning diperlakukan demikian?

Lalu aku teringat bendera kuning. Ia adalah tanda. Agar orang-orang tahu bahwa ada yang telah sampai pada batas kehidupan.

Lalu aku teringat janur kuning. Ia adalah tanda. Agar orang-orang tahu bahwa ada yang telah sampai pada batas kesendirian.

Lalu aku teringat pada lampu kuning. Tentu saja, ia adalah tanda. Ia, dengan begitu lembut, membatasi berhenti dan jalan. Menuntun kita untuk pelan-pelan.

Bagaimana dengan nasi kuning? Tak tampak seperti tanda. Tapi nyatanya ia tanda. Agar orang-orang tahu bahwa ada yang sedang merayakan kebahagiaan. Lalu, mana "batasnya"? Mungkin ia membatasi perayaan-perayaan itu dengan doa, harapan, dan penantian.

Lalu kuning-kuning yang lain.

Ya. Dia adalah tanda. Dia adalah batas.

Pertanyaannya, amankah?

Sudahlah, tak perlu dipertanyakan. Biarkan saja dia mengambang. Dipikir lama-lama, yang ada makin mengada-ada.

---

Harap menunggu di belakang garis batas nyaman.

No comments:

Post a Comment