14.7.15

Jam Tangan di Tangan Kanan



















Zaman sekarang, apa-apa harus dikaitin dengan kepribadian, dikaitin dengan psikologis.Kalo kamu ngobrol tapi nggak natap matanya, berarti kamu pemalu. Kalo kamu nggak bisa ikut jalan-jalan sama temen satu geng, berarti kamu nggak asik. Kalo kamu makan pakai tangan kiri, berarti kamu kufur! Kamu harus makan pakai tangan kanan dan nggak boleh makan nasi setiap Selasa.

Nah, makanya, kalau pakai jam tangan ya di tangan kiri. Kalo pakai jam di tangan kanan, berarti kamu suka pamer, pelit, pikun, puyeng, pokoknya gitu, deh. Nah, lho. Gimana, nih? Emang bener begitu? Jangan-jangan, sebenernya pakai jam di tangan kanan ya karena nggak pakai jam di tangan kiri aja. Gitu. Simpel, sederhana, dan solehah.

Saya jadi inget. Duluuuu bangeeeet (biar kesannya tua dan berpengalaman) kalo disuruh bikin makalah, bagian yang bikin saya bingung justru bukannya bagian masalah. Saya malah bingung kalo bikin bagian latar belakang.

“Kenapa kamu mau bahas itu? Apa latar belakangnya?”

Hmmm, saya yang bingungan ini jadi kelimpungan. “Hmmm, apa ya latar belakangnya? Saya kan mau neliti itu ya karena tiba-tiba aja muncul ide untuk neliti itu. Spontan aja gitu. Haha.”Aduh, tapi masa iya nanti saya nulis... Banyaknya tuntutan tugas membuat saya hilang harapan dan tak tentu arah. Namun, di tengah krisis yang melanda hamba intelektual ini, tiba-tiba datanglah sebuah cahaya Ilahi, menerangi gelapnya pikiran. Bah, cemana pulak.

Akhirnya, setelah berkontemplasi alias merenung di wc sambil pupi, saya pun menemukan latar belakang yang mahadahsyat tapi dibuat-buat. Dari luar sungguh indah dan mewah, tapi sesungguhnya penuh kepalsuan. Ah...

“Wah, kalo latar belakangnya gini sih kurang kuat. Coba kamu pikirin lagi.”

No comments:

Post a Comment